Hello People!
Belakangan ini masalah sampah di Indonesia banyak menjadi sorotan, bahkan hingga media asing-pun ikut menyoroti masalah ini. Kasus yang paling menggegerkan di bulan November 2018 lalu yaitu ditemukannya seekor paus yang mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Mirisnya, dikabarkan di dalam tubuh paus tersebut terdapat sampah plastik yang beratnya hampir mencapai 6 kilogram. Sebelum adanya kasus ini, sampah sudah menjadi permasalahan yang merugikan lingkungan hidup kita, salah satunya permasalahan sampah di perairan mulai dari selokan rumah, sungai, hingga lautan. Masyarakat masih banyak yang tidak peduli dengan hal itu. Hingga permasalahan sampah ini telah mengorbankan makhluk hidup lain di luar manusia, apakah masyarakat masih tidak mau peduli?
Di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah tertuang bahwa setiap elemen mulai dari masyarakat, pemerintah, maupun produsen kebutuhan di Indonesia memiliki kewajiban dan wewenang untuk ikut melakukan pengelolaan sampah. Lagi-lagi di sini yang menjadi kendala yaitu kesadaran masyarakat untuk "mau" berperan dalam mengurangi dan mengelola sampah. Produsen juga dinilai kurang peduli dalam berperan mengurangi sampah, khususnya sampah plastik. Padahal banyak sekali kemasan produk mereka yang masih menggunakan plastik. Saat ini inovasi bahan pengganti plastik sudah banyak ditemui, mulai yang terbuat dari singkong atau yang terkenal dengan sebutan "telo bag" hingga yang terbuat dari rumput laut. Saya rasa para produsen itu pasti sudah pernah mendengar tentang inovasi ini. Lalu kenapa belum di terapkan?
Mungkin yang menjadi alasan yaitu keraguan mengenai kualitas kekuatan dari plastik inovasi ini. Karena seperti yang kita tahu plastik memang memiliki kekuatan yang di antaranya, tidak mudah tembus air dan tidak mudah sobek. Padahal inovasi pengganti sampah plastik ini juga memiliki kualitas yang sama dengan plastik. Salah satunya yang pernah saya dapatkan yaitu telo bag untuk membawa belanja dari salah satu hotel di Jakarta. Plastik ini memiliki kekuatan dan ketebalan yang serupa dengan plastik belanja biasanya. Bahkan bisa di cap untuk keperluan label perusahaan. Namun saya belum menemukan inovasi pengganti plastik yang digunakan untuk membalut kemasan seperti makanan, shampoo sachet, atau lainnya yang serupa. Mungkin hal ini yang menjadi keraguan dari produsen apakah produk mereka akan aman menggunakan inovasi pengganti plastik ini. Aman dalam arti tidak akan tumpah ataupun rusak. Memang inovasi ini perlu dikembangkan lagi agar bisa menjangkau hingga menjadi pengganti kemasan plastik. Meskipun baru berinovasi untuk mengganti plastik belanja, saya pikir seharusnya ini sudah harus diterapkan oleh perusahaan yang masih menggunakan plastik untuk membawa barang belanjaan. Saya juga pernah menonton di Indonesia ada orang yang mampu melakukan inovasi terhadap gelas plastik menggantinya dengan gelas jelly yang kemudian gelas tersebut dapat dimakan setelahnya. Menurut saya ini juga merupakan sebuah inovasi yang menarik dan perlu diterapkan.
Mengenai #BhayPlastik yang kemarin menjadi trending perbincangan di twitter merupakan salah satu bentuk persuasi yang menarik. Saya membaca banyak masyarakat yang menyuarakan untuk memulai dari hal kecil, yaitu tidak menggunakan sedotan plastik dan menggantinya dengan sedotan yang terbuat dari stainless maupun bambu yang saat ini sudah banyak dijual. Selain itu juga banyak yang menyuarakan untuk menghindari penggunaan botol plastik menggantinya dengan tumbler, dan juga membawa tas belanja sendiri untuk menghindari penggunaan kantung plastik. Semua itu adalah hal kecil menurut saya, tapi bisa berdampak besar dalam mengurangi sampah plastik karena tidak hanya kita yang menggunakan barang-barang tersebut, tapi berjuta-juta orang di Indonesia pun juga masih banyak yang menggunakan. Jadi, kalian jangan hanya membaca aja ya, tapi ikut juga melakukan hal baik ini dimulai dari diri sendiri. Lebih bagus lagi kalau bisa menerapkan di keluarga ataupun di lingkungan sekitar rumah.
Selain masyarakat dan produsen, Pemerintah tentunya turut memiliki kewajiban dalam menangani permasalahan sampah plastik ini. Mulai dari memberikan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, hingga memfasilitasi kegiatan pengelolaan sampah. Terkait dengan edukasi, saya rasa pemerintah sudah cukup banyak ikut andil dalam hal ini kepada masyarakat melalui berita maupun pesan masyarakat. Namun sepertinya pemerintah perlu juga merangkul para produsen agar dapat ikut membantu mengurangi penggunaan sampah plastik. Memang pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang mengenai hal ini, namun saya rasa adanya undang-undang tanpa adanya penanganan langsung dari pemerintah kurang memberikan pengaruh yang besar dalam pengurangan sampah plastik ini. Selain itu, pemerintah juga perlu mendukung dalam memfasilitasi pengelolaan sampah. TPA yang selama ini ada hanya menjadi Tempat Pembuangan Akhir yang mana sampah hanya dibiarkan ditumpuk lalu di pendam dalam tanah. Seharusnya kedudukan dari TPA ini tidak sekedar pembuangan sampah saja, tetapi juga pengelolaan sampah itu sendiri dan ini adalah tugas pemerintah. Namun di sini perlu ditekankan bahwa masyarakat juga berkewajiban mengelola sampah di tingkat rumah tangga, sehingga sampah yang terangkut ke TPA adalah sampah yang tidak dapat dikelola oleh masyarakat itu sendiri dan akan dikelola di TPA yang mana memerlukan dukungan pemerintah dalam memfasilitasi ini.
Saya membaca berita terkait rencana Gubernur DKI Jakarta yang akan membuat tempat pengelolaan sampah di Jakarta, yang mana tidak hanya menjadi tempat pembuangan akhir dari sampah saja tetapi juga menjadi tempat pengolahan sampah yang sudah tidak bisa dikelola di tingkat rumah tangga. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau Intermediate Treatment Facility akan dibangun di Jakarta sebagai langkah pengurangan sampah Jakarta di TPA Bantar Gebang serta langkah untuk menanggulangi solusi sampah yang menggunung di TPA. Selain itu, tidak hanya akan mengurangi sampah tetapi juga dapat membantu memasok energi listrik dari hasil pengolahan sampah. Semoga pembangunan ini bisa dapat segera diselesaikan dan semoga pemerintah daerah lainnya dapat ikut membangun tempat pengolahan sampah seperti ini tidak hanya tempat pembuangan akhir sampah.
Permasalahan sampah plastik di Indonesia ini memang perlu segera ditanggulangi, karena sudah semakin parah bahkan sudah mencelakai makhluk hidup lainnya. Tidak hanya makhluk hidup, bahkan lingkungan hidup pun sudah mulai geram dengan tingkah manusia dan sampahnya. Banyak terjadi banjir di sungai hingga meluap ke lingkungan sekitar merupakan salah satu teguran dari alam kepada manusia yang tidak peduli dengan perbuatannya. Oleh karena itu, supaya tidak ada kejadian baru mengenai sampah plastik ini, yuk kita mulai mengurangi sampah plastik dari diri sendiri dan keluarga. Setelah itu, ajak teman-teman dan lingkungan sekitar kalian untuk mau peduli mengurangi penggunaan sampah plastik.
#BhayPlastik
Komentar
Posting Komentar